Bantu Jawab: Persajakan puisi "AKU" karya chairil anwar

Hei hei hei… jumpa lagi kawan-kawan di Bantu Jawab, portal informasi untuk pelajar Indonesia.

Pada kesempatan kali ini kita akan membantumu yang sedang mencari jawaban atas pertanyaan: Persajakan puisi “AKU” karya chairil anwar, yuk kita sama-sama perhatikan pembahasannya.

Pertanyaan

Persajakan puisi “AKU” karya chairil anwar

Jawaban #1 untuk Pertanyaan: Persajakan puisi “AKU” karya chairil anwar

Kalau sampai waktuku

Kalau sampai waktuku’Ku mau tak seorang ‘kan merayu

Kalau sampai waktuku’Ku mau tak seorang ‘kan merayuTidak juga kau

Kalau sampai waktuku’Ku mau tak seorang ‘kan merayuTidak juga kauTak perlu sedu sedan itu

Kalau sampai waktuku’Ku mau tak seorang ‘kan merayuTidak juga kauTak perlu sedu sedan ituAku ini binatang jalang

Kalau sampai waktuku’Ku mau tak seorang ‘kan merayuTidak juga kauTak perlu sedu sedan ituAku ini binatang jalangDari kumpulannya terbuang

Kalau sampai waktuku’Ku mau tak seorang ‘kan merayuTidak juga kauTak perlu sedu sedan ituAku ini binatang jalangDari kumpulannya terbuangBiar peluru menembus kulitku

Kalau sampai waktuku’Ku mau tak seorang ‘kan merayuTidak juga kauTak perlu sedu sedan ituAku ini binatang jalangDari kumpulannya terbuangBiar peluru menembus kulitkuAku tetap meradang menerjang

Kalau sampai waktuku’Ku mau tak seorang ‘kan merayuTidak juga kauTak perlu sedu sedan ituAku ini binatang jalangDari kumpulannya terbuangBiar peluru menembus kulitkuAku tetap meradang menerjangLuka dan bisa kubawa berlari

Kalau sampai waktuku’Ku mau tak seorang ‘kan merayuTidak juga kauTak perlu sedu sedan ituAku ini binatang jalangDari kumpulannya terbuangBiar peluru menembus kulitkuAku tetap meradang menerjangLuka dan bisa kubawa berlariBerlari

Kalau sampai waktuku’Ku mau tak seorang ‘kan merayuTidak juga kauTak perlu sedu sedan ituAku ini binatang jalangDari kumpulannya terbuangBiar peluru menembus kulitkuAku tetap meradang menerjangLuka dan bisa kubawa berlariBerlariHingga hilang pedih peri

Baca Juga  Bantu Jawab: Dibawah ini yang bukan termasuk dalam senam lantai adalah ... Kayang Roll depan Sikap lilin Gerobak...

Kalau sampai waktuku’Ku mau tak seorang ‘kan merayuTidak juga kauTak perlu sedu sedan ituAku ini binatang jalangDari kumpulannya terbuangBiar peluru menembus kulitkuAku tetap meradang menerjangLuka dan bisa kubawa berlariBerlariHingga hilang pedih periDan aku akan lebih tidak peduli

Kalau sampai waktuku’Ku mau tak seorang ‘kan merayuTidak juga kauTak perlu sedu sedan ituAku ini binatang jalangDari kumpulannya terbuangBiar peluru menembus kulitkuAku tetap meradang menerjangLuka dan bisa kubawa berlariBerlariHingga hilang pedih periDan aku akan lebih tidak peduliAku mau hidup seribu tahun lagi!

Jawaban #2 untuk Pertanyaan: Persajakan puisi “AKU” karya chairil anwar

Jawaban:

Analisis Puisi Aku Karya Cahiril Anwar

AKU


Kalau sampai waktuku  

‘Ku mau tak seorang kan merayu  

Tidak juga kau  


Tak perlu sedu sedan itu  


Aku ini binatang jalang  

Dari kumpulannya terbuang  


Biar peluru menembus kulitku  

Aku tetap meradang menerjang  


Luka dan bisa kubawa berlari  

Berlari  

Hingga hilang pedih peri  


Dan aku akan lebih tidak perduli  


Aku mau hidup seribu tahun lagi


Chairil Anwar

Maret 1943

A. MAKNA PUISI ‘AKU’

Dengan membaca dan memahami makna puisi Aku karya Chairil Anwar, ada banyak hal yang bisa dipelajari. Khususnya, bagi generasi yang hidup di era kemerdekaan. Karena, pada generasi ini, tentu tidak pernah hidup dan mengalami secara nyata apa yang terjadi di era awal kemerdekaan Indonesia. Beberapa makna puisi Aku, di antaranya adalah :  

Wujud kesetiaan dan keteguhan hati atas pilihan kebenaran yang diyakininya. Hal ini tercermin melalui dua kalimat di awal puisi tersebut, yakni “Kalau sampai waktuku ‘Ku mau tak seorang kan merayu”

Baca Juga  Bantu Jawab: mengapa sumpah pemuda di katakan sebagai tonggak lahirnya persatuan dan kesatuan bangsa indonesia je...

Keberanian dalam berjuang meskipun banyak resiko yang akan dihadapi. Termasuk resiko untuk kehilangan nyawa atau terluka karena senjata musuh. Inilah yang digelorakan oleh Chairil Anwar, yang tersurat pada bait ketiga puisi tersebut.

Semangat yang tak pernah padam. Sebagaimana yang dinyatakan melalui kalimat “aku mau hidup seribu tahun lagi”. Hal tersebut adalah cermin dan betapa semangat Chairil Anwar untuk berjuang, tidak ingin dibatasi oleh waktu


Pada kutipan (2) inilah watak Charil sangat tampak mewarnai sajaknya. Ia tahu bahwa dengan menuliskan puisi Aku ini akan memunculkan banyak protes dari berbagai kalangan, terutama dari kalangan penyair. Memang dasar sifat Chairil, ia tak menanggapi pembicaraan orang tentang karyanya ini, karena memang inilah yang dicarinya selama ini. Bahkan ketidakpeduliannya itu lebih dipertegas pada lirik selanjutnya pada kutipan (3).

Tidak juga kau

Kau yang dimaksud dalam kutipan (3) adalah pembaca atau penyimak dari puisi ini. Ini menunjukkan betapa tidak pedulinya Chairil dengan semua orang yang pernah mendengar atau pun membaca puisi tersebut, entah itu baik, atau pun buruk.  

Berbicara tentang baik dan buruk, bait selanjutnya akan berbicara tentang nilai baik atau buruk dan masih tentang ketidakpedulian Chairil atas keduanya.

Tidak perlu sedu sedan itu

Aku ini binatang jalang

Dari kumpulannya terbuang

   Zaini, salah seorang Sahabat Chairil pernah bercerita, bahwa ia pernah mencuri baju Chairil dan menjualnnya. Ketika Chairil mengetahui perbuatan sahabatnya itu, Chairil hanya berkata, “Mengapa aku begitu bodoh sampai bisa tertipu oleh kau”. Ini menunjukkan suatu sikap hidup Chairil yang tidak mempersoalkan baik-buruknya suatu perbuatan, baik itu dari segi ketetetapan masyarakat, maupun agama. Menurut Chairil, yang perlu diperhatikan justru lemah atau kuatnya orang.

Baca Juga  Bantu Jawab: ceritakan secara singkat peristiwa sumpah pemuda​

   Dalam kutipan (4), ia menggunakan kata ‘binatang jalang’, karena ia ingin menggambar seolah seperti binatang yang hidup dengan bebas, sekenaknya sendiri, tanpa sedikitpun ada yang mengatur. Lebih tepatnya adalah binatang liar. Karena itulah ia ‘dari kumpulannya terbuang’. Dalam suatu kelompok pasti ada sebuah ikatan, ia ‘dari kumpulannya terbuang’ karena tidak ingin mengikut ikatan dan aturan dalam kumpulannya.

Biar peluru menembus kulitku

Aku tetap meradang menerjang  

Luka dan bisa kubawa berlari

Berlari

Hingga hilang pedih peri

Peluru tak akan pernah lepas dari pelatuknya, yaitu pistol. Sebuah pistol seringkali digunakan untuk melukai sesuatu. Pada kutipan (5), bait tersebut tergambar bahwa Chairil sedang ‘diserang’ dengan adanya ‘peluru menembus kulit’, tetapi ia tidak mempedulikan peluru yang merobek kulitnya itu, ia berkata “Biar”. Meskipun dalam keadan diserang dan terluka, Chairil masih memberontak, ia ‘tetap meradang menerjang’ seperti binatang liar yang sedang diburu. Selain itu, lirik ini juga menunjukkan sikap Chairil yang tak mau mengalah.

Bagaimana? Apa penjelasan di atas cukup membantumu?

Atau kamu malah memiliki jawaban yang lebih baik?

Sampai jumpa lagi…

Leave a Comment